عن سعيد القيسي عن ابن عباس قال:
ما من مسلم له والدان مسلمان، يصبح إليهما محتسبا، إلّا فتح الله له بابين – يعني من الجنّة – وإن كان واحدا، فواحد، وإن أغضب أحدهما لم يرض الله عنه حتى يرض عنه، قيل: وإن ظلماه؟ قال: وإن ظلماه.
ضعيف الإسناد، سعيد مجهول
Dari Sa’id Al-Qaisy, dari Ibnu ‘Abbas berkata:
“Tidaklah seorang muslim memiliki dua orang tua yang muslim lantas setiap pagi dia berbakti kepada keduanya mengharapkan pahala dari Allah kecuali Allah akan bukakan baginya dua pintu – yakni pintu surga – apabila orang tuanya tinggal satu, maka hanya satu pintu surga, dan jika dia membuat murka salah satunya maka Allah tidak akan ridha kepadanya sampai orang tuanya ridha kepadanya.” Ditanyakan kepadanya “walaupun keduanya menzhalimi si anak?” Ibnu ‘Abbas berkata “walaupun keduanya menzhaliminya”.
Hadits ini dinyatakan dha’if oleh Syaikh Albani Rahimahullahu karena ada perawi yang majhul, yakni Sa’id namun makna hadits ini benar.
Di kehidupan dunia, ada beberapa orang tua yang bersikap zhalim kepada anaknya, bisa jadi karena ketidaktahuannya terhadap syari’at Islam. Namun apakah berarti sang anak boleh membalas kezhaliman mereka? Jawabannya tidak boleh karena hukumnya haram. Begitu juga saat orang tua menaikkan suara kepada anaknya, maka tidak boleh sang anak menjawabnya dengan suara yang sama atau bahkan lebih tinggi.
Selama di dunia, sebagai anak, seorang muslim harus menaati seluruh perintah kedua orangtua. Seorang muslim akan mendapat pahala apabila berbakti kepada keduanya dan mendapat dosa apabila mendurhakainya, kecuali apabila mereka mengajak kepada kesyirikan dan memerintahkan kepada kemaksiatan. Hal ini berlaku juga apabila orangtuanya adalah seorang musyrik.
Allah Subhanahu wata’ala berfirman
وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَىٰ أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۖ وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا ۖ وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ۚ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Dan jika keduanya memaksamu mempersekutukan sesuatu dengan Aku yang tidak ada pengetahuanmu tentang Aku maka janganlah kamu mengikuti keduanya dan pergaulilah keduanya di dunia dengan cara yang baik dan ikuti jalan orang-orang yang kembali kepada-Ku kemudian hanya kepada-Ku lah kembalimu maka Aku kabarkan kepadamu apa yang kamu kerjakan” (QS. Luqman : 15)
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam juga bersabda
لاَ طَاعَةَ فِى مَعْصِيَةٍ ، إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِى الْمَعْرُوفِ
“Tidak ada ketaatan dalam perkara maksiat. Ketaatan itu hanyalah dalam perkara yang ma’ruf (kebaikan).” (HR. Bukhari no. 7145 dan Muslim no. 1840)
Perhatikanlah potret para Salaful Ummah dalam berbakti kepada orangtua mereka
Abu Hurairah menempati sebuah rumah, sedangkan ibunya menempati rumah yang lain. Apabila Abu Hurairah ingin keluar rumah, maka beliau berdiri terlebih dahulu di depan pintu rumah ibunya seraya mengatakan, “Keselamatan untukmu, wahai ibuku, dan rahmat Allah serta barakahnya.” Ibunya menjawab, “Dan untukmu keselamatan wahai anakku, dan rahmat Allah serta barakahnya.” Abu Hurairah kemudian berkata, “Semoga Allah menyayangimu karena engkau telah mendidikku semasa aku kecil.” Ibunya pun menjawab, “Dan semoga Allah merahmatimu karena engkau telah berbakti kepadaku saat aku berusia lanjut.” Demikian pula yang dilakukan oleh Abu Hurairah ketika hendak memasuki rumah. (HR. Bukhari)
Dari Anas bin Nadzr al-Asyja’i, beliau bercerita, suatu malam ibu dari sahabat Ibnu Mas’ud meminta air minum kepada anaknya. Setelah Ibnu Mas’ud datang membawa air minum, ternyata sang Ibu sudah ketiduran. Akhirnya Ibnu Mas’ud berdiri di dekat kepala ibunya sambil memegang wadah berisi air tersebut hingga pagi. (dari kitab Birrul walidain, karya Ibnu Jauzi)
Wallahu a’lam bish-showab
Kajian rutin Kitab Adabul Mufrad
Ustadz Ali Nur, Lc
Sabtu, 19 Dzulqa’dah 1438 H / 12 Agustus 2017
Masjid Dakwah USU, Medan
0 Komentar