Pembahasan Kitab Min Washoya as-Salaf lisy-Syabab (Wasiat Pertama)

17th September 2024
Admin

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Materi: Wasiat Pertama
Kitab: مِنْ وَصَايَا السَّلَفِ لِلشَّبَابْ

Disusun Oleh: Syaikh Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdul Muhsin al-Badr -hafizhahullah-

Pemateri: Ustadz Ali Nur, Lc. -hafizhahullah-

~~~

Abu Ishaq as-Sabi’i rahimahullah mengatakan,
Wahai sekalian pemuda, manfaatkanlah yaitu masa muda kalian. Karena betapa sedikit malam yang melewatiku melainkan saya membaca 1.000 ayat (al-Qur’an) di setiap malamnya. Saya juga membaca surat al-Baqarah di setiap raka’at, berpuasa sunnah di setiap bulan-bulan haram, berpuasa tiga hari dalam setiap bulannya dan berpuasa senin-kamis.

Kemudian Abu Ishaq membacakan firman Allah,
Adapun nikmat dari Rabb-mu, maka sampaikanlah

• Faedah (1)
1. Maksudnya taqrib (kurang lebihnya) bukan tahdid (Pembatasan)
2. Beliau mengkhatamkan al-Qur’an sekali dalam sepekan.
Keutamaan al-Qur’an:
– 1 huruf dibalas dengan 10 pahala.
– Memberi syafa’at bagi para pembacanya.
– Siapa saja yang dekat (sering berinteraksi) dengan al-Qur’an, maka ia menjadi mulia.

• Faedah (2)
Puasa 3 hari setiap bulannya bisa dilakukan secara berturut-turut atau tidak berturut-turut.

‘Amr bin Maimun ketika berjumpa dengan salah satu sahabatnya, beliau mengatakan,
Sungguh, kemarin Allah telah mengaruniakan kepadaku kemampuan untuk mengerjakan shalat malam seperti ini dan aku dimudahkan oleh Allah mengerjakan kebaikan seperti ini.”

Faedah:
1. Boleh menyampaikan nikmat berupa kemudahan beribadah yang Allah karuniakan kepada kita.
2. Tidak boleh menduga isi hati orang yang menyampaikan nikmat yang Allah berikan.

Abu ‘Abdillah al-Hakim berkata di dalam al-Mustadrok setelah menyebutkan kedua aksar di atas,
Semoga Allah merahmati ‘Amru bin ‘Ubaidillah as Sabi’i dan ‘Amru bin Maimun al-Awadi. Keduanya telah memotivasi para pemuda untuk beribadah.”

Faedah:
1. Kedua atsar tersebut mengandung pendidikan dengan cara keteladanan (Quduah).
2. Para pemuda butuh contoh agar lebih mudah untuk meniru.
3. Para pengajar harus memperhatikan niat mereka agar tidak sampai terjatuh kepada riya’.

Jangan sampai timbul kesan seakan-akan kita berbuat baik, padahal kita tidak melakukannya.

Bersambung…

Penulis