Allah berfirman,
وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (Q.S Adz-Dzariyat 51:56)
Kata (خلقتُ) berasal dari kata (الخلقُ) yang artinya penciptaan. Penciptaan artinya mengadakan sesuatu yang tidak ada asalnya sebelumnya dan tidak ada pula contohnya. Sehingga Allah disifatkan dengan (الخالق), yang artinya pencipta, karena tidak ada yang menciptakan alam, manusia, dan jin selain Allah.
Pengertian Ibadah dan Klasifikasinya
Kata (ليعبدون) berasal dari kata (العبادةُ). Ibadah, menurut bahasa artinya adalah perendahan diri dan ketundukan. Contoh ibadah adalah sholat. Simbol paling hina saat seseorang sholat adalah sujud, sedangkan simbol kemuliaan pada manusia adalah wajahnya. Pada saat seorang manusia solat, dia meletakkan simbol kemuliaan (wajahnya) di tempat yang hina (sujud). Inilah yang disebut ketundukan/perendahan diri. Namun tatkala seorang hamba melaksanakan sholat, ini tidak menunjukkan kehinaan, karena sholat adalah perintah Allah. Tempat terendah saat sholat adalah pada saat sujud, akan tetapi apabila dia beribadah dengan benar, inilah tempat terdekat seorang hamba kepada Rabb-Nya.
Rasulullah bersabda,
“Keadaan seorang hamba yang paling dekat dari Rabb-Nya adalah ketika dia sujud, maka perbanyaklah doa” (HR. Muslim)
Sedangkan Ibadah menurut syara’, artinya “suatu nama yang mencakup seluruh apa-apa yang dicintai Allah dan diridhoi-Nya, dari perkatan-perkataan dan amalan-amalan, yang dzahir (tampak) maupun yang batin (tersembunyi).
Ibadah Hati, Ibadah Anggota Badan, dan Ibadah Harta
Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz Al-Jibrin mengatakan tentang ibadah, ada yang namanya ibadah hati dan ibadah dzahir.
Ibadah hati atau ibadah batin, terbagi menjadi 2, yaitu ucapan hati dan amalan hati. Ibadah ucapan hati adalah ibadah yang terkait dengan i’tiqadiyyah/keyakinan. Contoh ibadah ucapan hati adalah meyakini tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah, mengimani seluruh nama dan sifat Allah, dan mengimani malaikat, kitab, rasul, hari akhir, dan takdir baik dan buruk. Ibadah amalan hati contohnya adalah ikhlas dalam niat beribadah hanya untuk Allah, mencintai Allah, berharap, takut, dan tawakkal hanya kepada Allah.
Ibadah dzahir terbagi menjadi 2, yaitu ibadah anggota badan dan ibadah harta. Ibadah anggota badan contohnya adalah shalat, puasa, dan menghadiri majelis ilmu. Ibadah harta contohnya adalah zakat, berkurban, dan sedekah.
Ibadah Mahdoh dan Ibadah Ghairu Mahdhoh
Kemudian, ibadah dapat dibagi lagi menjadi Ibadah Mahdhoh dan Ibadah Ghairu Mahdhoh. Ibadah Mahdhoh artinya ibadah yang dibangun di atas dalil, dan kaidah yang dijelaskan ulama tentang ibadah ini adalah ‘Ibadah itu asalnya haram, sampai ada dalilnya’. Contoh ibadah ini adalah sholat dan puasa. Ibadah Ghairu Mahdhoh adalah perbuatan yang pada asalnya bukan ibadah, namun jika diiringi niat yang baik maka perbuatan itu bisa bernilai ibadah. Contohnya adalah makan dan kerja.
Maka dari penjelasan di atas, jelaslah ibadah tidak hanya terbatas pada sholat, puasa, kegiatan di masjid dan sejenisnya. Namun cakupan ibadah itu luas. Sehingga haruslah seorang hamba memenuhi harinya dengan beribadah kepada Allah, dimanapun ia berada.
Penjelasan Surat Adz-Dzariyaat Ayat 56
Syaikh Shalih Fauzan berkata di dalam Kitaab At-Tauhid, makna ayat di atas (Adz-Dzariyaat : 56) adalah “Bahwasanya Allah mengabarkan tidaklah Allah ciptakan manusia dan jin kecuali untuk beribadah kepada-Nya, dan di dalamnya penjelasan hikmah di dalam penciptaan makhluk. Allah tidak menginginkan dari mereka apa yang diinginkan seorang tuan dari hambanya berupa rezeki dan makanan, dan sesungguhnya yang Allah inginkan adalah kemaslahatan untuk mereka”
Allah kepada hambanya, berbeda dengan tuan dengan hambanya. Allah tidak memerlukann ibadah hamba-Nya. Kalaupun seluruh manusia dan jin beribadah dan bertaqwa pada Allah, ini tidak akan menambah kerajaan Allah. Dan jika seluruh makhluk-Nya berbuat maksiat, maka hal ini pun tidak mengurangi kerajaan Allah sedikitpun.
Dengan begitu, seluruh ibadah yang dilakukan hamba itu untuk kebaikan dan kemaslahatan hamba itu sendiri. Maka rugilah orang yang tidak mau beribadah karena dia akan mendapatkan kemudhorotan, sedangkan bagi orang yang mau beribadah akan Allah kembalikan kemaslahatan bagi hamba yang beribadah itu.
Wallahu a’lam bishshawab
Ringkasan Kajian Kitab Al-Mulakhkhos fii Syarh Kitaab At-Tauhiid, karangan Syaikh Shalih Fauzan
Pertemuan ke 2, 21 Januari 2019 / 15 Jumadil Awal 1440 H
Muroja’ah oleh : Ustadz Muhammad Permana
0 Komentar