Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam, sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita yang mulia shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Amma Ba’du..
Para pembaca yang semoga dirahmati oleh Allah Ta’ala. Di antara hal yang wajib diketahui oleh seorang muslim bahwasanya aqidah adalah perkara yang sangat penting. Di karenakan perkara aqidah amat erat kaitannya dengan hak-hak Allah yang harus kita tunaikan sebagai seorang hamba yang berjalan di muka bumi ini.
Suatu ketika, sahabat Mu’adz bin Jabal radiyallahu ‘anhu pernah dibonceng oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada suatu perjalanan. Lalu Nabi bertanya kepada sahabat Mu’adz bin Jabal radiyallahu ‘anhu.
«يَا مُعَاذُ، أَتَدْرِي مَا حَقُّ اللهِ عَلَى الْعِبَادِ؟» قَالَ: اللهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: «أَنْ يُعْبَدَ اللهُ وَلَا يُشْرَكَ بِهِ شَيْءٌ»، قَالَ:«أَتَدْرِي مَا حَقُّهُمْ عَلَيْهِ إِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ؟» فَقَالَ: اللهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ:«أَنْ لَا يُعَذِّبَهُمْ»
“Wahai Mu’adz , apakah engkau mengetahui hak Allah yang harus ditunaikan oleh seorang hamba ?.” Mu’adz menjawab : “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Hendaknya seorang hamba menyembah Allah dan tidak menyukutukannya dengan sesuatu apapun.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali bertanya : “Apakah engkau mengetahui hak para hamba tatkala mereka telah mengerjakan hal tersebut ?”. Muadz kembali menjawab : “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Yaitu , Allah tidak mengadzab mereka” (tatkala mereka menyembah Allah dan tidak berbuat kesyirikan).[1]
Hadits di atas menunjukkan akan urgensinya ilmu Aqidah. Sehingga Nabi mendahulukan hak Allah yang harus ditunaikan oleh seorang hamba. Begitupun di hadits yang lain, tatkala Nabi mengutus Mu’adz bin Jabal radiyallahu ‘anhu ke negeri Yaman. Maka yang diperintahkan oleh nabi untuk di dakwahkan pertama kali adalah ‘Aqidah , setelah itu baru sholat dan lain lainnya. Dikarenakan ‘Aqidah berkaitan dengan hak Allah Ta’ala yang wajib kita tunaikan sebagai seorang hamba. Allah Ta’ala berfirman :
فَاعْلَمْ اَنَّهٗ لَآ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْۢبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنٰتِۚ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوٰىكُمْ
“Maka ketahuilah, bahwa tidak ada tuhan (yang patut disembah) selain Allah dan mohonlah ampunan atas dosamu dan atas (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat usaha dan tempat tinggalmu” (Qs : Muhammad : 19)
“Ini adalah ilmu yang Allah perintahkan -yakni ilmu tauhid (aqidah)- hukumnya wajib atas setiap manusia tanpa terkecuali. Bahkan seluruh makhluq diharuskan untuk mengetahuinya.”[2]
Dan metode atau cara untuk kita mengetahui Aqidah yang benar , bahwasanya tiada ilaah yang berhak di ibadahi dengan benar ada beberapa metode, diantaranya :
– Mentadabburi nama , sifat sifat dan perbuatan Allah. Yang itu semua menunjukkan akan kesempurnaan-Nya , kebesaran-Nya , kemuliaaan-Nya.
– Mengilmui bahwa Allah Ta’ala adalah yang Maha Esa dengan segala penciptaan dan mengatur (alam semesta).
– Mengilmui bahwa Allah Ta’ala Maha Esa atas segala nikmat yang diberikan. Baik secara dzohir (terlihat) atau baathin (tersembunyi) baik secara agama ataupun dunia.
– Dengan kita melihat dan mendengar balasan berupa pahala bagi para wali-wali Allah yang merealisasikan tauhid, dimana mereka Allah balas dengan pertolongan dan nikmat yang di segerakan. Begitupula, dengan kita melihat dan mendengar hukuman bagi orang orang yang menyekutukan Allah. Dengan dua hal itu , lebih membawa kita untuk mengetahui bahwa dialah Allah yang Maha Esa. Yang berhak untuk diibadahi secara totalitas.
– Mengetahui sifat-sifat dari berhala-berhala dan sesembahan-sesembahan yang di sembah selain Allah dan dijadikan sebagai Ilaah. Mengetahui , bahwa itu semua diliputi oleh kekurangan dari segala arah. Kurang dari sisi dzatnya , sesembahan itu tidak dapat menguasai dirinya sendiri apalagi untuk para penyembahnya begitupun tidak dapat memberikan manfaat dan mudhorot.
– Kitab kitab yang Allah turunkan bersepakat dan bersatu padu atas wajibnya mengetahui dan mengesakan Allah.[3]
Demikianlah beberapa poin yang hendaknya dijadikan patokan bagi kita sekalian untuk mempelajari Aqidah ini. Yang mana dengan aqidah ini dapat di tentukan kehidupan seseorang. Apakah ia termasuk orang yang berbahagia atau tidak.
Dikarenakan diterimanya amalan atau tidak bergantung pada Aqidah ini. Sekiranya ia beraqidah dengan aqidah yang benar, kelak syurga ganjarannya. Kalau ia berbuat syirik atau menyukutukan Allah dengan sesuatu apapun bahkan dengan seekor lalat sekalipun. Maka neraka lebih berhak untuk ia proleh pada hari kiamat nanti.
Sebagian ulama memuthlakkan penamaan aqidah dengan “Ushulud Din” dikarenakan agama ini terbagi menjadi dua hal : Yaitu , ‘I’tiqodiyyat dan ‘amaliyyat. ‘i’tiqodiyyat adalah yang berkaitan dengan aqidah atau keyakinan. Adapun ‘amaliyyat adalah yang berkaitan dengan hukum hukum atau amalan amalan. Seperti sholat , zakat , haji, jual beli dan lain lain. Dan ‘amaliyyat ini di sebut dengan furu’ (cabang) adapun ‘i’tiqodiyyat disebut dengan ushul (akar/pondasi).
Sebuah sya’ir mengatakan :
و بعد فاعلم أن كل العلم
كالفرع للتوحيد فاسمع نظمي
لأنه العلم الذي لا ينبغي
لعاقل لفهمه لم يبتغ
Maka ketahuilah , bahwa seluruh ilmu
Ibarat cabang dari ilmu tauhid , maka dengarlah bait syairku
Karena ilmu tauhid adalah ilmu yang mengharuskan
Bagi seorang yang berakal untuk memahaminya, walau ia tidak di minta (untuk memahaminya).[4]
Maka ilmu ilmu yang berkaitan dengan sholat, zakat, puasa atau yang lainnya. Itu adalah cabang dari ilmu aqidah. Dan Aqidah adalah semulia mulianya ketaatan. Mengingat baiknya aqidah adalah syarat diterimanya ibadah. Tatkala aqidah rusak maka ibadah tersebut pun tak di terima.
Berkata Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah:
فاعلم أن العبادة لا تسمى عبادة إلا مع التوحيد كما أن الصلاة لا تسمى صلاة إلا مع الطهارة. فإذا دخل الشرك في العبادة فسدت كالحدث إذا دخل في الطهارة
“Maka ketahuilah!, bahwasanya ibadah tidak di anggap sebagai ibadah melainkan dengan adanya Tauhid (aqidah). Ibarat sholat , tidak dikatakan sebuah sholat itu sah melainkan dengan adanya kesucian (wudhu) terlebih dahulu. Maka , ketika kesyirikan masuk kedalam sebuah ibadah niscaya ibadah itupun akan sirna. Sebagaimana tatkala hadats ada pada sebuah kesucian.”[5]
Diantara urgensi mempelajari aqidah[6] :
– Aqidah adalah ilmu agama yang paling penting.
– Dengan mempelajari aqidah , dapat meluruskan keyakinan yang rusak.
– Dengan mempelajari aqidah yang benar, dapat menjaga seseorang dari kesyirikan.
– Aqidah adalah semulia mulia dan seagung agungnya ilmu.
– Dengan mempelajari aqidah yang benar, menambah rasa takut seseorang dan menjauhkan dari perbuatan maksiat.
– Aqidah yang benar dapat melindungi diri dari perkara syubhat.
Wabillahit Taufiq,
Zia ‘Abdurrofi
Referensi :
-‘Aqidatut Tauhid Karya Syaikh Shaalih bin Fauzan Al Fauzan hafidzahullah
– Taisir Karimir Rahmaan Fi Tafsiri Kalamil Mannan Karya Syaikh ‘Abdurrohman bin Nashir As Sa’diy rahimahullah.
– Qowa’idul Arba’ Karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah
– Syarh Tashil Al ‘Aqidah Al Islamiyyah Karya Prof.Dr. ‘Abdullah bin ‘Abdul ‘Aziz Al Jibrin
– Website alukah.net
——————————–
[1] Hadits Shahih diriwayatkan oleh Al Imam Bukhori No.7373 dan Al Imam Muslim No. 30. Dibawakan pula dalam Kitabut Tauhid oleh Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah.
[2] Lihat kitab Taisir Kariimir Rahmaan Fi Tafsiri Kalaamil Mannan – Karya Syaikh Abdurrohman bin Nashir As Sa’di rahimahullah.
[3] Diringkas dari kitab Taisir Kariimir Rahmaan Fi Tafsiri Kalaamil Mannan – Karya Syaikh Abdurrohman bin Nashir As Sa’di rahimahullah.
[4] Footnote kitab Syarh Tashil Al Aqidah Al Islamiyah Hal 32 – Karya Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz Al Jibrin (Dosen Fakultas Tarbiyah Di Universitas Malik Su’ud Kota Riyadh, Saudi Arabia)
[5] Lihat di Muqoddimah kitab Qowa’idul Arba’ – Karya Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab
[6] Di nukil dari tulisan Dr. Robi’ Ahmad di website alukah.net
0 Komentar