Pertanyaan :
Bagaimana cara untuk menghidupkan dan melembutkan hati yang telah mati dan keras karena perbuatan maksiat, mohon nasihatnya ustadz
Jawaban :
Seorang yang bermaksiat maka hatinya akan hitam dan apabila ia bertaubat maka hatinya kembali menjadi bersih. Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu, dari Rasulullah ﷺ beliau bersabda:
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَ اللَّهُ
{ كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ }
“Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka di titikkan dalam hatinya sebuah titik hitam dan apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan dan apabila ia kembali maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutup hatinya, dan itulah yang diistilahkan “Ar raan” yang Allah sebutkan: kallaa bal raana ‘alaa quluubihim maa kaanuu yaksibuun.(QS. Almuthaffifin 14).” (HR.Tirmidzi,3334 Ia berkata; hadits ini hasan shahih)
Kemudian sebab atau faktor seseorang itu bermaksiat, hal ini karena disebabkan lemahnya keimanannya, ada dua faktor yang menyebabkan seseorang lemah imannya yaitu faktor pengaruh dari dalam (internal) dan faktor Pengaruh dari luar (eksternal). ( lihat Ziyadatul Iman Wa Nuqshonuhu 248, Oleh Syaikh Abdurrozak bin Abdul Muhsin)
1. Faktor Dhakhilyah (internal) dari dalam, yaitu :
- al Jahlu : Kebodohan
- al Ghaflah : Lalai
- Al I’radh wa An Nisyan : Berpaling dan Lupa
- An Nafsul ammratu bis Suu’ : Hawa nafsu yang mengantarkan kepada perbuatan yang buruk.
- Fi’lul Ma’ashi : Perbuatan dosa dan yang lainnya.
2. Faktor Kharijiyah (eksternal) dari Luar yaitu :
- Syaithan : Goda’an Setan
- Quronaus Suu’ : Teman yang buruk.
- Ad Dunya wa fitnatuha : Fitnah Dunia
- Mendengarkan Musik (Nyanyian), dan yang lainnya.
(Lihat Asbab Ziyadatul Iman wa Nuqshanuhu, oleh Syaikh Muhammad bin Ibrahim alhamd)
Kiat- Kiat Menghidupkan Dan Melembutkan Hati
1. Beristighfar dan Bertaubat dari dosa
Seorang yang bertakwa yang menjauhi dosa dan maksiat dia akan mendapatkan ketenangan jiwa, adapun orang yang bermaksiat dia akan merasakan kerasnya hati.
Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu, dari Rasulullah ﷺ beliau bersabda:
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَ اللَّهُ
{ كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ }
“Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka di titikkan dalam hatinya sebuah titik hitam dan apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan dan apabila ia kembali maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutup hatinya, dan itulah yang diistilahkan “Ar raan” yang Allah sebutkan: kallaa bal raana ‘alaa quluubihim maa kaanuu yaksibuun.(QS. Almuthaffifin 14).” (HR.Tirmidzi,3334 Ia berkata; hadits ini hasan shahih)
Pada hadist diatas, dapat kita ambil faidahnya, yaitu apabila seseorang yang meninggalkan perbuatan dosa dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya akan dibersihkan kembali.
2. Menjaukan diri dari perbuatan dosa dan maksiat.
Dosa dapat mematikan hati, dan menjauhkannya dapat menghidupkan hati. Berkata Abdullah bin Mubarak :
Aku melihat Dosa-dosa itu mematikan hati
Dan sungguh Dosa-dosa itu mewariskan kehinaan yang melekat
Dan meniggalkan dosa-dosa merupakan hidupnya hati
Dan merupakan kebaikan bagi dirimu adalah meninggalkan dosa-dosa itu
Dan tidaklah yang merusak agama ini melainkan raja-raja, ulama suu’ (buruk) dan ahli ibadah (yang tidak berilmu).
(Ad-Dau wad Dawa’(93) Oleh Ibnul Qoyyim al Jauziyah, Tahqiq Syaikh Ali Hasan Al Halabi, Daar Ibnul Juziyah)
3. Berzikir mengingat Allah
Seseorang yang berzikir kepada Allah, maka hatinya merasa tenteram.
Allah ta’la berfirman :
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (Qs.Ar Ra’du 28).
4. Membaca Al Qur’an
Al Qur’an merupakan obat penyakit yang ada di dalam hati.
Allahu ta’la berfirman :
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ ۙ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا
Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (Qs.al Isra : 82)
Berkata ustman bin affan radhiallahu ‘anhu
لو طهرت قلوبنا ما شبعت من كلام الله
Kalau sekiranya hati kita ini bersih, niscaya kita tidak akan puas membaca Kalamullah (Al Qur’anul Karin).
(Ighatsatul Lahfan 1/64).
5. Menuntut Ilmu dan Mengamalkannya.
Menuntut Ilmu dan Mengamalkannya termasuk sebab menjadi hati tenang dan bahagia.
Dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah ﷺ telah bersabda:
وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمْ الْمَلَائِكَةُ وَذَكَرَهُمْ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
Tidaklah sekelompok orang berkumpul di suatu masjid (rumah Allah) untuk membaca Al Qur’an, melainkan mereka akan diliputi ketenangan, rahmat, dan dikelilingi para malaikat, serta Allah akan menyebut-nyebut mereka pada malaikat-malaikat yang berada di sisi-Nya. (HR.Muslim,2699)
Dan Allah ta’la akan memberikan kehidupan yang baik kepada orang yang beramal shalih.
Allah Ta’la beriman :
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (Qs.An Nahl :97)
6. Mentauhidkan Allah
Allahu ta’la berfirman :
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُون.َ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang selamat (Qs.As Syu’ara :88-89)
Didalam Tafsir ibnu katsir di sebutkan bahwa hati yang selamat diantara maknanya adalah hati yang bersih dari kesyirikan,dan abdullah bin abbas radhiallahu ‘anhu menyatakan makna
إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
Yaitu hati yang bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah. (Tafsir al Qur’anul A’zhim 1376, oleh Ibnu Katsir, Cet Daar Ibnu Hazm)
7. Jadikan Hati Ini Orientasinya adalah Akhirat
Allah ta’la berfirman :
وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ
Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (Qs.Al ‘Ala : 17)
Dan Rasulullah ﷺ bersabda :
مَنْ كَانَتْ الدُّنْيَا هَمَّهُ فَرَّقَ اللَّهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنْ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ وَمَنْ كَانَتْ الْآخِرَةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللَّهُ لَهُ أَمْرَهُ وَجَعَلَ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ
“Barangsiapa menjadikan dunia sebagai ambisinya, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya, dan Allah akan menjadikannya miskin. Tidaklah ia akan mendapatkan dunia kecuali apa yang telah di tetapkan baginya. Dan barangsiapa menjadikan akhirat sebagai niatannya, maka Allah akan menyatukan urusannya dan membuatnya kaya hati, serta ia akan di beri dunia sekalipun dunia memaksanya.” (HR.Ahmad 20608, Ibnu Majah 4105, Tirmizdi, 2465. Di shahihkan oleh Syaikh al Albani di dalam Silsilah al ahadiits Shahihah 950)
8. Berbuat Kebaikan
Berkata Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhu :”Sesungguhnya Kebaikan itu memiliki sinar di wajah, cahaya didalam hati, meluaskan rezeki, dan menguatkan anggota badan, serta kecintaan di hati-hati manusia. Adapun keburukan itu memiliki hitam (kegelapan;pent) diwajah, kegelapan didalam hati, kelemahan di badan, dan kekurangan rezeki, serta kebencian di hati-hati manusia.” (Ad-Dau wad Dawa’(86) Oleh Ibnul Qoyiim,Tahqiq Syaikh Ali Hasan Al Halabi cet,Daar Ibnul Juziyah)
9. Mengingat Mati
Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:
أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ
“Banyak-banyaklah mengingat pemutus kenikmatan yaitu kematian” (HR.Tirmidzi. 2307, Berkata Abu Isa : Hadits ini hasan)
Dari Hani` bekas budak ‘Utsman radhiallahu ‘anhu dia berkata;
كَانَ عُثْمَانُ بْنُ عَفَّانَ إِذَا وَقَفَ عَلَى قَبْرٍ يَبْكِي حَتَّى يَبُلَّ لِحْيَتَهُ فَقِيلَ لَهُ تَذْكُرُ الْجَنَّةَ وَالنَّارَ وَلَا تَبْكِي وَتَبْكِي مِنْ هَذَا قَالَ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الْقَبْرَ أَوَّلُ مَنَازِلِ الْآخِرَةِ فَإِنْ نَجَا مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَيْسَرُ مِنْهُ وَإِنْ لَمْ يَنْجُ مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَشَدُّ مِنْهُ قَالَ وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا رَأَيْتُ مَنْظَرًا قَطُّ إِلَّا وَالْقَبْرُ أَفْظَعُ مِنْهُ
“Jika Utsman bin ‘Affan berhenti di suatu kuburan, dia menangis sehingga jenggotnya basah. Di tanyakan kepadanya; “Apakah kamu ingat surga dan neraka?, janganlah kamu menangis, apakah kamu menangis hanya karena ini?” dia menjawab; “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya kuburan adalah tempat singgah pertama akhirat. Jika selamat darinya, maka setelahnya pun ia akan lebih mudah (urusannya) namun jika ia tidak selamat darinya, maka sesudahnya pun ia akan lebih sulit lagi.” Utsman berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda: “Aku tidak pernah melihat suatu pemandangan melainkan kuburan itu lebih buruk dari dari segalanya.”‘ (HR.Ahmad 425, Ibnu Majah, 4267, Tirmidzi 2308 Berkata Abu Isa : Hadits ini hasan gharib)
10. Berdoa’ Kepada Allah ta’la
Allahu ta’la berfirman :
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (Qs.Al Baqarah: 186)
Berdo’a Minta Keteguhan Hati
Dari ‘Abdullah bin ‘Amru bin Al ‘Ash berkata; bahwasanya ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ قُلُوبَ بَنِي آدَمَ كُلَّهَا بَيْنَ إِصْبَعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ الرَّحْمَنِ كَقَلْبٍ وَاحِدٍ يُصَرِّفُهُ حَيْثُ يَشَاءُ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ
“Sesungguhnya hati semua manusia itu berada di antara dua jari dari sekian jari Allah Yang Maha Pemurah. Allah Subhanahhu wa Ta’ala akan memalingkan hati manusia menurut kehendak-Nya.” Setelah itu, Rasulullah ﷺ berdoa; ‘Ya Allah, Dzat yang memalingkan hati, palingkanlah hati kami kepada ketaatan beribadah kepada-Mu!’ (HR.Muslim,2654)
Berdo’a Minta Petunjuk
Nabi ﷺ bahwasanya beliau pernah berdoa:
ُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى
“ALLOOHUMMA INNII AS-ALUKAL HUDAA WATTUQOO WAL’AFAAFA WALGHINAA “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, terhindar dari perbuatan yang tidak baik, dan kecukupan (tidak minta-minta,).” ( HR.Muslim, no 2721).
Demikian, semoga Allah senantiasa menghidupkan dan melembutkan hati kita.
Allahu ‘alam.
Dijawab oleh
Ust.Abu Yusuf Dzulfadhli M,BA.
0 Komentar