Ringkasan Kajian Al-Adab al-Mufrad

Ringkasan Kajian Kitab Al-Adab Al-Mufrad – Hadits ke-9

1st September 2017
Rezky Ilham

Bismillah

عَنْ عُروَةَ قَالَ : (واخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحمَة) [الإسراء : ٢٤] : لا تمتنع من شيء أحباه

صحيح الإسناد

Dari ‘Urwah : “Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang” [QS. Al-Isra : 24] : “jangan kalian menghalang-halangi apa saja yang mereka mau” (HR. Bukhari No. 9 dari kitab Al-Adab Al-Mufrad, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)

 

Seorang anak, apakah dia telah menjadi seorang jendral berbintang, seorang mufti, ataupun seorang ustadz, apabila sudah berhadapan dengan orangtua maka dia harus menanggalkan semua gelar itu lalu hendaknya dia merendahkan diri di hadapan keduanya sebagai seorang anak. Ingatlah kisah Haiwah bin Syuraih. Dia adalah seorang ulama besar yang suatu hari ketika beliau sedang mengajar, ibunya memanggil. “Hai Haiwah, berdirilah! Berilah makan ayam-ayam dengan gandum.” Mendengar panggilan ibunya beliau lantas berdiri dan meninggalkan pengajiannya untuk memenuhi permintaan ibunya. (Diambil dari al-Birr wasilah, karya Ibnu Jauzi)

Apa saja yang kedua orangtua minta maka penuhilah permintaan itu selama mampu dan tidak bertentangan dengan syariat. Apapun keputusan orangtua atas seorang anak, walaupun itu memberatkan hatinya, maka dalam rangka menaati Allah Subhanahu wata’ala, hendaknya anak itu berlapang dada dalam menerima keputusan itu.

Contoh kasus apabila seorang gadis dilamar oleh seorang lelaki shalih yang dia cintai namun ternyata orangtuanya menolak lamaran lelaki itu. Maka tidak layak bagi sang gadis untuk memrotes keputusan orangtuanya yang telah bertahun-tahun memberi penghidupan baginya. Hendaknya sang gadis meyakini bahwa dengan tidak menghalang-halangi keputusan orangtuanya, dia telah bertakwa kepada Allah ‘Azza wajalla.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

رِضَى الرَّبِّ فِي رِضَى الوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ

Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua” (Hasan. at-Tirmidzi : 1899,  HR. al-Hakim : 7249, ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabiir : 14368, al-Bazzar : 2394)

Apabila dia telah bertakwa kepada-Nya maka percayalah bahwa Allah ‘Azza wajalla pasti akan memberinya jalan keluar, kemudahan rezeki dan urusan yang dipermudah.

Allah Subhanahu wata’ala berfirman

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا (3)

Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. Ath-Tholaq: 2-3)

 

Allah Subhanahu wata’ala juga berfirman

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا…

“…Dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (QS. Ath-Thalaq: 4)

Bisa jadi Allah ‘Azza wajalla akan mendatangkan untuk gadis itu seorang lelaki yang jauh lebih Shalih dan lebih baik dari lelaki yang sebelumnya.

Marilah kita bersama-sama menaruh perhatian yang kuat dalam hal berbakti kepada keduanya dan berdoa kepada Allah Subhanahu wata’ala agar kita semua dapat berkumpul bersama orangtua-orangtua kita di surga-Nya kelak.

Wallahu a’lam bish-showab

 

Kajian rutin Kitab Al-Adab Al-Mufrad

Ustadz Ali Nur, Lc

Sabtu, 26 Dzulqa’dah 1438 H / 19 Agustus 2017

Masjid Dakwah USU, Medan

Penulis