Aqidah secara bahasa diambil dari kata Al ‘Aqdu. Yang artinya ikatan atau mengikat sesuatu. Dimaknai pula, yaitu segala hal yang manusia beragama dengannya. Seperti ucapan orang arab : Ia memiliki aqidah yang baik. Artinya, selamat dari keraguan.
Aqidah adalah amalan hati dan tempatnya dihati berupa keyakinan dan kepercayaan.
Adapun secara istilah adalah keimanan yang kuat kepada Allah Ta’ala dan beriman terhadap suatu hal yang diwajibkan kepada hamba berupa tauhid (iman kepada Allah), Iman kepada malaikat, kitab-kitab, para rasul, hari akhir, dan iman kepada takdir yang baik maupun yang buruk. Begitupun beriman kepada segala cabang dari pondasi keimanan di atas.
Inilah yang dinamakan dengan aqidah, yaitu keimanan kepada Allah Ta’ala dan juga beriman kepada rukun iman yang enam. Sehingga mengetahui ke enam hal diatas beserta perinciannya merupakan hal yang dituntut dalam agama kita.
Perlu diketahui ada beberapa nama lain dari aqidah, beberapa penamaan yang disebutkan oleh para ulama. Diantaranya adalah As Sunnah sebagai pembeda dari Aqidah yang jauh dari kebenaran. Karena aqidah yang shahih adalah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
Diantara penamaannya, Ushuluddin (pokok/asas agama). Karena Aqidah berkaitan dengan pokoknya agama, sehingga sah atau tidaknya amalan tergantung dari Aqidah yang seorang hamba yakinin dan imani. Dari sinilah Aqidah dinamakan Ushuluddin.
Diantara nya juga ada Fiqhul Akbar para ulama menamakan Aqidah dengan Fiqhul Akbar karena Aqidah kembali kepada pokok agama. Sedangkan amalan-amalan dinamakan dengan Fiqhul Ashgar karena amalan-amalan sebagai cabang dari hal yang pokok. Al Imam Abu Hanifah memiliki kitab yang berjudul Al Fiqhul Akbar padanya terdapat penjelasan tentang masalah Aqidah dan bukan masalah Fiqh yang sifatnya ‘Amaliyyah.
Secara garis besar syariat agama Islam terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Perkara I’tiqodiyah
Yakni, segala hal yang tidak ada kaitannya dengan tata cara beramal. Perkara I’tiqodiyah berkaitan dengan keyakinan, inilah yang disebut dengan aqidah. Seperti beriman kepada Allah dan wajib beribadah hanya kepadanya. Hal ini tidak ada kaitannya dengan tata cara beramal. Ini dinamakan juga dengan perkara ushuliyyah.
2. Perkara ‘Amaliyyah
Yakni, segala perkara atau hal yang berkaitan dengan amal. Seperti contohnya salat, zakat, puasa dan segala hukum-hukum yang sifatnya amal. Ini dinamakan juga dengan perkara furu atau cabang karena amal ini tergantung dengan aqidah yang benar.
Sehingga aqidah yang benar merupakan asas atau pokok yang dengannya amalan dapat diterima. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
فَمَن كَانَ يَرجُواْ لِقَآءَ رَبِّهِۦفَليَعمَل عَمَلٗا صَٰلِحٗا وَلَا يُشرِك بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦ أَحَدَا
“Maka barang siapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya, maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (Surat Al-Kahfi : 110)
Allah juga berfirman :
وَلَقَدْ اُوْحِيَ اِلَيْكَ وَاِلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكَ لَىِٕنْ اَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ
“Dan sungguh, telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu, “Sungguh jika engkau menyekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah engkau termasuk orang yang rugi.” (Surat Az-Zumar : 65)
Kedua ayat di atas menjelaskan kepada kita bahwasanya segala bentuk amalan tidak akan diterima melainkan jauh dari segala macam bentuk kesyirikan. Dan dari sinilah terlihat bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mementingkan perkara aqidah terlebih dahulu tatkala beliau berdakwah kepada kaumnya untuk menyembah Allah Subhanahu Wa Ta’ala semata dan meninggalkan penyembahan selain dari Allah.
Allah Ta’ala berfirman :
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِيْ كُلِّ اُمَّةٍ رَّسُوْلًا اَنِ اعْبُدُوا اللّٰهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوْتَ
“Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah, dan jauhilah ṭāgūt, ” (Surat An-Nahl : 36)
Semua rasul yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala utus ke muka bumi ini yang pertama kali mereka dakwahi kaumnya adalah berkaitan tentang aqidah dan tauhid.
Nabi kita yang mulia shallallahu ‘alaihi wasallam berdakwah di kota Mekah selama tiga belas tahun lamanya mengajak manusia kepada tauhid dan perbaikan aqidah. Karena perkara aqidah sekali lagi adalah perkara pokok yang dengannya dibangun sebuah agama.
Wabillahit taufiq.
Zia Abdurrofi
Bogor, 13 Juli 2023
Referensi :
– Aqidatut tauhid Karya Syaikh Shaalih bin Fauzan Al Fauzan. Cet. Daarul Ashimah
– Tahdzib Syarah Tashil Aqidah Al Islamiyyah karya Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz Al Jibrin rahimahullah.
– Dan lain lain.
0 Komentar